BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media dalam sebuah komunikasi
politik mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan sebagai
publisitas politik terhadap masyarakat luas.Tentunya dengan tujuan khalayak
mengetahui agenda politik setelah itu simpati dan menjatuhkan pilihannya kepada
partai tersebut. Siapapun komunikator atau aktivis politik akan
berusaha untuk menguasai media. Tak heran, barang siapa yang telah menguasai
media, maka dia hampir memenangi pertarungan politik.Semenjak kemajuan
teknologi dan informasi yang revolusioner, media cetak maupun elektronik
mengantarkan informasi kepada khalayak sangat efektif. Pemanfaatan media untuk
mendongkrak popularitas sebenarnya telah mulai marak dan bebas sejak Pemilu
1999 dan semakin menguat di Pemilu 2004 hingga Pemilu 2009. Segala kegiatan
yang ada nuansa politik diangkat media bertujuan tak hanya sebagai sarana
publisitas namun juga mempengaruhi khalayak untuk memilihnya.
Oleh sementara pihak media, media
massa sering disebut sebagai the fouth estate dalam kehidupan sosial
ekonomi. Hal ini terutama disebabkan oleh peran suatu persepsi tentang peran
yang dapat dimainkan oleh media massa dalam kaitannya dengan pengembangan
kehidupan sosial ekonomi dan poitik masyarakat. Sebagai suatu alat untuk
menyampaikan berita, penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal, ia
mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini
publik. Antara lain karena itu, media massa juga dapat berkembang menjadi
kelompok penekan atas suatu idea atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan
atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam kontek kehidupan yang
lebih empiris.
1.2 Tujuan Penulisan
Dengan
adanya penulisan makalah ini diharapkan akan menambah wawasan mahasiswa
mengenai Media Komunikasi dan Pemanfaatan Media dalam Komunikasi Politik.
1.3 Manfaat Penulisan
·
Untuk memenuhi tugas komunikasi politik.
·
Mengetahui saluran - saluran yang digunakan dalam
komunikasi politik.
·
Memahami manfaat dari saluran komunikasi politik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Saluran Komunikasi Politik
Saluran komunikasi politik adalah
alat serta sarana yang memudahkan penyampaian pesan. Pesan di sini bisa dalam
bentuk lambang-lambang pembicaraan seperti kata, gambar, maupun tindakan.Atau
bisa pula dengan melakukan kombinasi lambang hingga menghasilkan cerita, foto
(still picture atau motion picture), juga pementasan drama. Alat yang dimaksud
di sini tidak hanya berbicara sebatas pada media mekanis, teknik, dan sarana
untuk saling bertukar lambang, namun manusia pun sesungguhnya bisa dijadikan
sebagai saluran komunikasi. Jadi, lebih tepatnya saluran komunikasi itu adalah
pengertian bersama tentang siapa dapat berbicara kepada siapa, mengenai apa,
dalam keadaan bagaimana, sejauh mana dapat dipercaya. Komunikator politik,
siapapun ia dan apapun jabatannya, menjalani proses komunikasinya dengan
mengalirkan pesan dari struktur formal dan non-formal menuju sasaran
(komunikan) yang berada dalam berbagai lapisan masyarakat.
Dengan hadirnya media massa sebagai
sarana untuk menyampaikan pesan-pesan terutama mengenai politik akan
mempermudahkan kepada setiap komunikator politik dalam menyampaikan dan memperkenalkan
siapa dirinya kepada khalayak.
Begitu berkuasanya media dalam
mempengaruhhi pikiran, peranan, dan perilaku penduduk, sehingga Kevin Philips
dalam buku responsibility in mass Communication mengtakan, bahwa era
sekarang lebih merupakan mediacracy, yakni peemerintahan media, daripada
demokrasi pemerintahan rakyat.
Selain hal tersebut manusia
merupakan sarana bagi saluran komunikasi yang paling utama. Meskipun terdapat
berbagai macam perbedaan pola komunikasi politik yang berlaku dalam sistem politik,
namun saluran komunikasi politiknya pada umumnya adalah sama. Lebih tepatnya,
saluran komunikasi politik dapat diambil pengertian bersama tentang siapa
berbicara kepada siapa, mengenai apa, dalam keadaan bagaimana dan sejauh mana
dapat dipercaya.
Sebagaimana yang diketahui
bahwasanya saluran komunikasi politik memiliki banyak saluran dan yang paling
sering digunakan adalah melalui saluran media massa. Namun, tidak hanya media
massa yang menjadi saluran informasi politik. Komunikasi politik pun dapat terjadi
melalui kelompok-kelompok kepentingan maupun partai-partai politik.
Dalam hal ini, kelompok-kelompok
kepentingan dan partai-partai politik berperan sebagai saluran yang
memungkinkan terjadinya kontak-kontak antara pejabat-pejabat politik dan
pejabat-pejabat administrasi serta dengan rakyat banyak. Kontak-kontak yang
sering terjadi membuat hubungan mereka menjadi lebih akrab satu sama lain. Dengan
demikian bisa terbina komunikasi politik vertikal dan horizontal secara baiuk.
Dibandingkan dengan media massa sebagai saluran komunikasi lebih khusus. Namun
harus diakui bahwa organisasi-organisasi semacam ini lebih sering terlibat
dalam proses komunikasi politik, baik yang bersifat vertikal maupun bersifat
horizontal.
Dalam era global, internet merupakan
salah satu saluran informasi politik yang bisa diandalkan, terutama oleh para
politisi serta pengamat politik.
2.2 Saluran
Komunikasi Massa
Komunikasi
massa atau mass communication ialah komunikasi melalui media massa modern,
meliputi surat kabar, majalah, siaran radio, dan televisi. Media massa
menyampaikan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam
jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Menurut Bitner (1980) definisi
komunikasi massa adalah mass communication is massage communicated throgh a
mass medium to large member of people.
Dari
pengertian komunikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah
jenis komunikasi yang ditujukan pada sejumlah besar khalayak yang heterogen dan
anonim melalui media cetak atau elektronik secara serentak, terbuka, dan
sekilas.
Aktivitas
dalam komunikasi massa merupakan aktivitas sosial yang berlaku pada kehidupan
masyarakat secara umum. Salah satu aktivitas pokok dalam komunikasi massa
adalah sebagai transmisi warisan sosial dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Menurut Susanto (1974), transmisi warisan sosial berfokus pada
pengetahuan, nilai nilai dan norma-norma sosial dari satu generasi ke generasi
berikutnya atau dari anggota-anggota suatu kelompok kepada anggota kelompok
yang baru atau pendatang baru. Salah satu bentuk dari aktivitas transmisi
warisan sosial, yaitu proses penerusan nilai-nilai dan norma-norma politik yang
berlaku dari satu generasi ke generasi lain. Dalam proses penyebaran dan
penerusan nilai-nilai dan perilaku politik itu media massa memegang peranan
yang sangat penting.
Dalam
proses aktivitas komunikasi massa, media massa dapat menyebarkan informasi,
pengetahuan, bahkan dapat membentuk opini publik keadaan tersebut akan dapat
mempengaruhi sikap dan tingkah laku politik pada masayarakat. Dengan demikian
komunikasi massa atau media massa memiliki andil yang cukup signifikan terhadap
sikap dan tingkah laku berpolitik suatu masyarakat.
Berkaitan
dengan pandangan mengenai media massa sebagai sumber pengaruh politik, Astrid
(1981:1) menyatakan, semua media yang dimilki swasta ataupun pemerintah
sebenarnya merupakan aparatur ideologi. Media massa, terutama pers karena
kemampuanya untuk menyebarluaskan pendapat, dinilai sebagai sumber kekuasaan.
Dengan sendirinya, semua alat komunikasi baik yang dimiliki negara maupun tidak
akan berusaha mengemukakan yang terbaik menurutnya.
Komunikasi
massa termasuk dalam kegiatan media massa dalam melakukan beberapa hal membantu
menyusun agenda pokok masalah untuk perdebatan publik, menetapkan konteks untuk
penilaian rakyat tentang kejadian, mengubah kejadian menjadi peristiwa,
mempengaruhi pengharapan rakyat tentang bagaimana akhirnya peristiwa itu, dan
dengan berbagai cara melukiskan citra tentang pemimpin politik.
Meskipun
berbagai studi tidak sepakat tentang bagaimana eratnya asosiasi antara
penggunaan media massa dan tingkat pengetahuan politik, yang menjadi konsensus
ialah bahwa terpaan televisi dan surat kabar mempunyai hubungan yang positif
dengan jumlah informasi tentang politik yang dimiliki oleh
kaum mudah.
Dengan
kemampuan media massa membentuk pendapat umum, aktivitas para pemimpin negara,
politisi dan para pengambil kebijakan publik tidak dapat dipisahkan dengan
peran media. Di satu sisi media dapat menyebarluaskan informasi dan ide-ide
baru kepada pengambil keputusan, sebaliknya pejabat pemerintah, politisi dan
usahawan menjadikan media sebagai saluran untuk memperkenalkan gagasan-gagasan
mereka kepada anggota masyarakat. Begitu besarnya pengaruh media massa dalam
pembentukan pendapat umum sehingga 9 dari 10 orang amerika percaya bahwa media
memiliki pengaruh yang tinggi dalam pembentukan pendapat
publik.
Media
massa memiliki posisi yang sangat startegis baik sebagai alat komunikasi juga
bisa dijadikan sebagai tempat untuk menumbuhkan citra. Komunikasi politik
modern dapat disebut antara lain komunikasi yang dilakukan melalui internet,
media massa dan ataupun media-media baru yang di dalamnya terdapat beragam
kepentingan-kepentingan yang disalurkan dengan menggunakan media tersebut.
Media komunikasi massa menekankan adanya komunikasi satu kepada banyak, bisa
dengan melalui komunikas tatap muka langsung komunikator dengan khalayak ramai
atau lain sebagainya. Seperti contoh komunikasi massa ketika adanya pidato
presiden yang disiarkan melalui televisi, ataupun kegiatan-kegiatan semacam
konferensi pers. Dan pada Pemilu 2004, tentang iklan politik TV yang dibuat
oleh parpol-parpol peserta Pemilu 2004 umumnya seragam, berisi ajakan mencoblos
tanda gambar parpol atau nomor serta lebih menampilkan figur atau tokoh partai.
Tahun 2008 pun dalam konteks pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Barat, dominasi
penampilan figur dan ajakan mencoblos nomor urut merupakan bagian content yang
diutamakan oleh ketiga pasangan calon.
2.3 Saluran
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
interpersonal merupakan bentukan hubungan satu-kepada-satu; terdiri atas saling
tukar kata lisan di antara dua orang atau lebih. Saluran ini bisa berbentuk
tatap muka maupun berperantara.
Dalam pemiikiran komunikasi
interpersonal bagi kepentingan politik, adalah sifat dasar komunikasi
seperti ini dan faktor- faktor yang membantu membentuk garis bentuk pesan yang
dipertukarkan.
Walaupun komunikasi interpersonal terdapat
kelemahan, seperti jangkauan sasaran (komunikan) terlalu luas atau karena
dibatasi geo nature (letak geografis) yang sulit dijangkau, namun di sisi lain
memiliki nilai lebih yaitu:
Pengaruh Pribadi Dalam politik
Kita telah mengenal varian dari komunikator politik,
yakni politikus, profesional, dan aktivis. Dalam kategori aktivis kita
berbicara tentang pemuka pendapat (opinion leader), yakni orang yang menaruh
perhatian terhadap media massa, memilih pesan, dan menyampaikan informasi serta
opini baik kepada teman, tetangga, maupun kawan bekerja dan lain-lain melalui
percakapan tatap muka. Melalui pengaruh pribadi, para pemuka pendapat merupakan
saluran yang menghubungkan jaringan massa dan komunikasi interpersonal.
Disamping
pengaruh yang diberikan oleh mereka terhadap keputusan politik melalui kontak
interpersonal, para pemuka pendapat memerankan peran utama dalam penyebaran,
informasi politik mencapai sebagian besar warga negara melalui aliran dua arus
informasi, yaitu banyak warga Negara yang mendengar tentang suatu peristiwa
tidak langsung dari media massa, tetapi dari pembicaraan dengan orang lain yang
lebih tahu tentang hal itu melalui radio, televisi, atau surat kabar.
Hubungan antara media massa dan media interpersonal dalam
penyebaran informasi sukar dilihat disatu pihak. ada hipotesis bahwa semakin
tinggi nilai berita suatu peristiwa, akan semakin penting komunikasi
interpersonal dalam proses penyebarannya.
2.3.1
Karakteristik Komunikasi
Interpersonal
1. Koorientasi
Penyebutan ini hanya menunjukkan
bahwa orang saling bertukar pandangan tentang masalah; pertukaran itu
menimbulkan serangkaian pesan dan tindakan, dan melalui urutannya para peserta
serempak mengorientasi diri terhadap objek yang dibahas dan terhadap satu sama
lain.
Orientasi gabungan terhadap pesan dan peserta komunikasi interpersonal
mengandung arti bahwa pesan yang dipertukarkan itu memiliki dimensi isi maupun
dimensi hubungan. Isi pesan itu terdiri atas informasi tentang pokok masalah
yang sedang dibahas. Dimensi hubungan membawa informasi tentang bagaimana
pandangan para peserta dalam percakapan itu terhadap satu sama lain. Senyuman,
kerutan dahi, nada suara, pertemuan pandangan, bahasa tubuh –semuanya merupakan
tanda yang dibaca orang untuk mengetahui kesan apa yang dimiliki mereka tentang
orang lain dalam percakapan itu.
Bahkan diam pun bisa menjadi sebuah strategi
komunikasi. Di mana mantan Presiden Megawati adalah “pelopor’-nya. Mantan
Presiden Megawati yang mempelajari komunikasi presiden-presiden sebelumnya
menganggap bahwa komunikasi kepresidenan Soekarno dan Abdurrahman Wahid tidak
sesuai dengan iklim Indonesia yang sedang menjalani proses demokratisasi. Maka,
jadilah diam itu sebagai strategi komunikasinya. Walaupun strateginya tersebut
menjadikan dirinya sebagai presiden paling tidak komunikatif sepanjang sejarah
kepresidenan Republik Indonesia.
Koorientasi menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal
melibatkan percakapan tentang masalah-masalah –pajak, kebijakan energi, biaya
penghidupan, dan sebagainya– dan pesan-pesan yang rawan seperti bagaimana
perasaan orang terhadap satu sama lain. Setiap komunikator menunjukkan apakah
ia menerima, menolak, atau begitu saja mengabaikan yang lain; lebih dari itu,
seseorang menyingkapkan apakah ia menerima, menolak, atau merasa apatis
terhadap keterlibatan dirinya ke dalam wacana itu.
2. Percakapan
Sebagai Permainan
Maksud percakapan sebagai permainan
di sini adalah transaksi yang di dalamnya para peserta komunikasinya Mempunyai motif yang
terbuka dan tersembunyi dan dalam proses itu memperoleh imbalan atau menderita
kerugian.
Lyman dan Scott mengemukakan tipologi
permainan yang sesuai untuk menjelaskan sifat-sifat yang menyerupai permainan
dalam komunikasi politik interpersonal. Permainan dibedakan menurut tujuan yang
dikerjar-nya. Permainan wajah, misalnya, merefleksikan upaya peserta untuk
menetapkan indentifikasi masing-masing dengan cara-cara yang dihargai. Suatu
permainan wajah bisa defensive; dalam permainan ini pemain berusaha melindungi
suatu identitas dari ancaman.
Beberapa
hal mempengaruhi makna yang diberikan orang kepada pesan-pesan yang mengalir
melalui saluran-saluran interpersonal. Tiga dari yang terpenting:
1. Prinsip
Homofili - Heterofili
Bila
orang-orang yang terlibat dalam komunikasi itu sama dalam hal-hal yang penting,
pendapatan, usia, status sosial, pendidikan, jenis kelamin, dsb. Maka terdapat
homoofilia, tapi apabila yang teribat komunikasi terdapat ketidaksamaan maka
terdapat Heterofili.
Prinsip
homofili dalam komunikasi:
a. Orang-orang yang mirip dan sesuai
satu sama lain lebih sering berkomunikasi dari pada orang-orang yang tidak
serupa sifat dan pandangannya.
b. Komunikasi yang lebih efektif
terjadi bila sumber dan penerima homofili;orang-orang yang mirip cenderung
menemukan makna yang sama dan diakui bersama dalam pesan-pesan yang
dipertukarkan oleh mereka.
Homofili
dan komunikasi saling memelihara; makin banyak komunikasi diantara orang-orang,
mereka makin cenderung berbagi pandangan dan melanjutkan komunikasi.
2. Empati
Empati adalah suatu sifat yang sangat
dekat asosiasinya dengan citra seseorang tentang diri dan tentang orang lain,
dan arena itu bisa dinegosiasikan melalui media interpersonal. Kemampuan
memproyeksikan diri sendiri kedalam titik pandang dan empati orang lain
memberikan peluang kepada komunikator untuk berhasil dalam bercakap-cakap.
Dengan mengetahui bagaimana orang lain
dalam suatu situasi merasa dan berfikir, maka tidak mustahil membagi citra dan
menyusun pesan yang mengenai sasarannya.
3.
Menyingkap Diri
Penyikapan diri terjadi bila seseorang memberitahukan kepada
orang lain apa yang dipikirkan, dirasakan, atau yang diinginkannya, itulah cara
yang paling langsung untuk memperlihatkan citra diri dan identifikasi yang
dihargai. Kondisi ini terbilang cukup langka dalam arena
politik. Yang terjadi justru malah sebaliknya, yakni ajang menutup diri;
strategi komunikasi yang digunakan seseorang untuk mencegah diketahui oleh
orang lain, adalah kekhasan komunikasi politik interpersonal.
2.3.2 Sosialisasi Isi Komunikasi Interpersonal
1. Keluarga
sebagai komunikator politik
Sosialisasi
keluarga juga turut membantu proses belajar anak untuk mengidentifikasi dirinya
dengan kelompok. Diantara anak- anak yang dibesarkan dalam rumah tangga kelas
menengah yang kedua orang tuanya diidentifikasi dengan partai politik yang
sama,kemungkinannya sangat besar bahwa anak-anak itu akan meniru pilihan
partisan orang tua.
Kecuali
jika politik dalam keluarga mengakibatkan pertengkaran orang tua yang sengit,
dengan demikian turut mengakibatkan beberapa anak manjauh pertikaian dengan
tidak mengambil pilihan partai sama sekali. Pola umumnya ialah untuk secara
dini belajar tentang kesetiaan kepartaian orang tua.
2. Kelompok
Sebaya Sebagai Komunikator politik
Kelompok
sebaya juga mempengaruhi belajar politik sehingga mereka memberikan bimbingan
melalui keanggotaan dalam asosiasi sukarela, perhimpunan kewarganegaraan, atau
dengan rekan kerja di perusahaan, serikat buruh atau tempat kerja yang lain. Karena orang biasanya masuk dalam
pandangan sendiri, maka kemungkinan asosiasi seperti itu mengubah opini politik
menjadi berkurang. Meskipun tidak selalu demikian, kecenderungan yang umum
ialah bahwa orang menyesuaikan kepercayaan, nilai, dan penghargaan politiknya dengan
kawan sebaya untuk memelihara persahabatan yang ditunjukkan dengan menjadi
kawan sebaya.
Kontak informal dan relasi face to face merupakan
sarana komunikasi yang paling umum dan paling sering terjadi dalam setiap
masyarakat, meskipun peranannya lebih sebagai pembentukan opini publik
(pendapat umum). Dikatakan bahwa pengaruh media massa terjadi melalui apa yang
disebut opinion leadders,para pembentuk opini umum. Meskipun demikian
kontak-kontak antarpribadi atau interpersonal tersebut dipengaruhi oleh media
massa. Misalnya : Dialog, lobby, komprensi tingkat tinggi (KTT), dan lain-lain.
2.4 Saluran Komunikasi
organisasi
Jaringan komunikasi dari organisasi menggabungkan
sifat-sifat saluran massa dan saluran interpersonal. Organisasi sosial terdiri
atas sekumpulan orang yang memiliki hubungan yang relative stabil diantara
perseorangan dan sub kelompok.
Jenis-jenis organisasi sangat
berbeda dalam politik baik formal maupun informal. Yang termasuk informal
keluarga seseorang, kelompok sebaya, dan rekan kerja. Sedangkan kelompok yang
lebih formal meliputi : partai politik, dan berbagai organisasi kepentingan khususnya
seperti, serikat buruh, organisasi hak sipil, organisasi birokratik. Birokrasi
bila didefenisikan adalah organisasi yang :
a. Cukup besar sehingga kurang dari
setengah anggotanya yang saling mengenal secara pribadi.
b. Terdiri atas pekerja purna waktu
(full time) yang terikat kepada dan bergantung pada organisasi itu.
c. Mengandalkan kriteria prestasi dalam menilai
pekerja, bukan sifat asli (seperti jenis kelamin atau ras) atau pilihan rakyat,
untuk kedudukan autoritas.
d. Memilki relative sedikit penilaian
eksternal atas produknya yang dihasilkan secara sinambung dan dengan alat-alat
yang teliti.
Dalam komunikasi organisasi terdapat
dua tipe umum saluran komunikasi:
1.
Saluran lnternal
Proses
komunikasi birokratik internal ini memiliki tiga aspek:
a. Orang-orang harus memiliki informasi
sebagai dasar untuk membuat keputusan.
b. Putusan dan dasar alasannya harus
disebarkan agar anggota-anggota organisasi itu melaksanakannya.
c. Ada saluran-saluran untuk
membicarakan keorganisasian, percakapan sehari-hari yang biasa dalam
menjalankan pekerjaan, dan pembicaraan yang dilakukan oleh anggota- anggota
dalam menjalankan pekerjaan, dan pembicaraan yang dilakukan oleh anggota-
anggota dalam melaksanakan tugas setiap hari menciptakan keanggotaan yang
bermakna dalam tatanan sosial yang sedang berlangsung.
Dalam
organisasi yang rumit seperti birokrasi pemerintah terdapat dorongan untuk
memformalkan komunikasi. Dasar alasannya ialah bahwa pertukaran informal,
pribadi, dan main coba-coba tidak dapat menyajikan informasi yang diperlukan
untuk membuat keputusan, mengakibatkan penyimpangan dan kesalahan yang serius,
dan tidak memungkinkan pembebanan tanggung jawab bagi pembuatan keputusan.
Untuk menjamin bahwa pesan-pesan melewati saluran yang direncanakan dan
diformalkan, terdapat sarana untuk mengontrol aliran informasi. Sarana ini
mencakup bentuk yang distandarkan (lembar berganda. Memuat tanda tangan yang
berwenang dan dikirimkan melalui hierarki yang tepat), laporan periodic
(harian, mingguan, bulanan, kuartalan), rincian format isi memorandum (angkatan
darat AS misalnya, memberikan petunjuk yang dirinci tentang penyusunan paragraph,
dsb) dan saringan serta izin pesan sepanjang mata rantai komando untuk menjamin
bahwa tidak ada bawahan yang melangkahi atasan atau kebocoran, informasi
melalui saluran resmi.
2.
Saluran Eksternal
Organisasi
berkomunikasi tidak hanya kepada anggota sendiri. Organisasi peme-rintahan
seperti departemen-departemen eksekutif, jawatan-jawatan, dan komisi-komisi,
melakukan komunikasi keluar karena berbagai alasan:
o
Mereka berkomunikasi dengan kongres untuk mendapat anggaran
operasi yang memadai dan untuk menanggapi kekeliruan kongres mengenai kegiatan
mereka.
o
Kebanyakan birokrasi pemerintah ingin mempengaruhi
kebijakan.
o
Jawatan-jawatan saling berkomunikasi untuk berbagi informasi
mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh satu atau lebih organisasi; Jawatan
perlindungan lingkungan, jawatan riset dan pengembangan energi, dan komisi
pengaturan nuklir, misalnya semuanya berurusan dengan dampak pembangunan
fasilitas nuklir untuk pembangkit tenaga listrik terhadap lingkungan.
o
Semua jawatan melaksanakan program informasi publik untuk
memberi informasi kepada warga negara mengenai fungsi masing-masing untuk
membina dukungan publik.
o
Beberapa organisasi pemerintah menggunakan publisitas
eksternal sebagai cara untuk menjalankan peraturan; komisi perdagangan fideral,
misalnya melaporkan dan mempublikasikan kasus~kasus iklan yang menyesatkan
untuk mendesak perusahaan~ perusahaan periklanan dan klien mereka agar mematuhi
peraturan tertentu.
o
Organisasi-organisasi
pemerintah melakukan komunikasi eksternal untuk keperluan internal.
o
Komunikasi eksternal suatu organisasi
bisa didesak oleh kepala organisasi itu untuk mempromosikan gengsi karier
politik pribadinya.
2.4.1 Sosialisasi lsi Komunikasi Organisasi
a. Sekolah
Dasar
Peran
yang dimainkan oleh sekolah dalam belajar politik kita harus mengakui
pentingnya keseluruhan pengalaman sekolah maupun kurikulum yang relevan dengan
politik Keseluruhan pengalaman sekolah mengacu kepada terbukanya siswa terhadap
terpaan iklim sosial sebaya, memberi dan menerima secara informal diantara
siswa di luar ruangan kelas, dan eratnya hubungan antara gagasan yang ditemukan
siswa di sekolah dan didalam keluarga.
Keseluruhan
pengalaman sekolah ini terutama patut diperhatikan dalam menghargai peran
sekolah dasar sebagai Komunikator politik. Baik keseluruhan pengalaman sekolah
maupun kurikulum kelas-kelas pertama memberi informasi kepada anak tentang
strategi bagi keikutsertaaan dalam politik dan pengaruh politik Tekanannya pada
tindakan individual, bukan kolektif.
Misalnya,
anak yang masuk ke sekolah dasar menaruh minat yang relative sedikit kepada
pemberian suara, namun pada kelas 2 SMP, pemberian suara menjadi lambang
signifikan dari kewajiban warga negara untuk ambil bagian dalam politik dan bagaimana
mempengaruhi pemerintah.
b. Sekolah
Menengah
Bagi
kebanyakan siswa di sekolah menengah, kurikulum kewarganegaraan bukan sumber
utama sosialisasi politik. Akan tetapi, konsekwensi kurikulum
belajar politik berbeda menurut kelas social siswa. Ketika para siswa kelas
menengah dan kelas tinggi masuksekolah menengah, banyak kaum muda Amerika yang
telah merumuskan pandangan tentang bagaimana partisipasi dalam politik bisa
menyambung bagi kehidupan; pengajaran formal relative hanya sedikit menambah
atau mengurangi kepercayaan, nilai, dan pengharapan ini.
Akan tetapi, anak-anak yang masuk sekolah
menengah dari keluarga kelas menengah dan kelas pekerja, membawa minat terhadap
politik, informasi tentang politik, dan keterlibatan dalam politik yang
terbatas dari latar belakang keluarga dan sekolah dasar mereka.
c. Komunikasi
Perguruan Tinggi
Perbedaan
dalam belajar politik diantaranya orang dewasa yang berpendidikan sekolah
menengah dan yang berpendidikan tinggi, barangkali dapat diatributkan baik
kepada perbedaan kelas yang terdapat diantara mereka yang mengikuti pendidikan
tinggi maupun kepada pengalaman di pendidikan tinggi.
Jaringan komunikasi dari organisasi
menggabungkan sifat-sifat dari saluran komunikasi massa maupun komunikasi
interpersonal. Dilihat dari teori komunikasi organisasi bahwa komunikasi itu
sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan ataupun pendapat dari setiap
partisipan komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan makna.Misalnya:
Memorandum, Sidang , Konvensi, Buletin, Newslatter, Lokakarya dsb.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tak diragukan lagi, media menempati
peran yang sangat strategis dalam menyampaikan pesan-pesan politik terhadap
khalayak. Melalui media para komunikator maupun aktivis politik mudah
menghipnotis khalayak dengan citra yang ditampilkan setiap saat melalui media. Saluran
komunikasi politik merupakan suatu sarana yang dapat memudahkan setiap individu
maupun kelompok dalam melaksanakan dan menyampaikan pesan dan tujuan yang ingin
dicapai.
Di sini saluran komunikasi politik
di bagi menjadi tiga bagian yang pertama adalah komunikasi massa. Yang kedua
komunikasi interpersonal, dan yang ketiga komunikasi organisasi. Ketiga saluran
di atas memiliki peran yang sangat besar dalam penyampaian komunikasi.Oleh
karena itu, para komunikator berperan dalam dalam menyampaikan informasi dan
pesan yang ingin disampaikan. Namun, hal ini kembali lagi kepada para penerima
pesan atau khalayak apa yang dapat ia tangkap dan ambil dari penyampaian pesan
tersebut.
Dengan demikian tidak penting
saluran apa yang digunakan oleh komunikator namun yang terpenting adalah
tercapainya maksud yang sebenarnya dari penyampaian pesan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana,
Deddy Prof. DR. M.A. 2004. Komunikasi
Populer, Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Nimmo,Dan. 1989. Komunikasi
Politik (komunikator,pesan,dan media). Bandung : PT. Remaja RosdaKarya.
Nimmo,Dan. 1989. Komunikasi
Politik (Khalayak dan Efek), Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
M.Hikmat, Mahi, Drs. 2010. Komunikasi Politik Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya
Bandung.
Arifin, Anwar Prof Dr. 2003. Komunikasi Politik Paradigma, Teori Aplikasi Strategi dan Komunikasi
Politik Indonesia. Jakarta : PT. Balai Pustaka.
Rosit. 2008. Varian Saluran
Komunikasi Politik. http://rosit.wordpress.com/2008/12/30/varian-saluran-komunikasi-politik/. 12 April 2012.
Apriyanti, Devi. 2012. Saluran Komunikasi Politik. http://deviapriyanti158.blogspot.com/2012/03/07saluran-komunikasi-politik.html/.12
April 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar