TUGAS
KOMUNIKASI PSIKOLOGI
MENGANALISIS FILM HOTEL RWANDA
MENGANALISIS FILM HOTEL RWANDA
NAMA
: JAMIATI KN
NPM : 2010140046
Resensi
Film Hotel Rwanda
Film
Hotel Rwanda ini merupakan film yang menggambarkan bentrok antar etnis di
Rwanda (antara etnis Hutu dan Tutsi). Di Rwanda pada tahun 1994, Film yang
menggambarkan tentang masyarakat yang tidak menghargai perbedaan antar suku.
Ceritanya adalah kisah perjuangan Paul Rusesabagina (Don Cheadle) manajer hotel
desMilleCollines di Kigali, yang menyelamatkan 1000-an nyawa dalam konflik
genocide di Rwanda. Dia menggunakan pengaruhnya sebagai manajer hotel terbesar
di Rwanda, etnis Hutu-nya, dan pertemanannya dengan beberapa tokoh etnis Hutu
dalam menolong orang-orang termasuk istrinya yang berasal dari suku Tutsi,
Tutsilah yang menjadi korban etnic hutu.
Paul yang bisa
dibilang sebagai pahlawan dalam film ini, paul jarang sekali dan mungkin tak
akan dilakukan banyak orang di tengah kemelut dan bahaya yang tentu lebih memilih
menyelamatkan dirinya sendiri berawal saat konflik antara Tutsi dan Hutu beruabah
menjadi suasana memanas. Perdamaian yang digelar dengan yang menjadi penengah
antara PBB dan Hutu justru memanfaatkan momen tersebut untuk membunuh Presiden
Habyarimana yang sebelumnya telah menandatangani perjanjian damai. Setelah
terbunuhnya presiden Habyarimana kelompok Hutu pun memberontak dan merencanakan
negosiasi atas kelompok Tutsi. Gambaran dalam film menceritakan suasana Rwanda
yang sangat mencekam, ketika itu semua orang diwajibkan untuk membawa KTP
sebagai identitas suku masing-masing. Setiap orang yang memegang KTP Tutsi akan
langsung disiksa, diperkosa bahkan dibunuh oleh mereka.
Saat itu kota
Rwanda benar-benar mencekam, semua orang yang memegang KTP Tutsi akan langsung
disiksa, diperkosa, dan berakhir dengan kematian. Keadaan tersebut membuat
Rwanda siaga satu. Turis asing panik, warga Tutsi yang ketakutan banyak
mengungsi ke hotel yang dijaga pasukan PBB.
Di
tengah-tengah krisis, Paul diminta untuk menghibur dan menenangkan penghuni
hotel, dan juga terpanggil menyelamatkan nyawa ribuan warga Tutsi. Paul juga
harus menyelamatkan istrinya yang merupakan keturunan Tutsi, dan juga beberapa
tetangganya. Berhasil menyelamatkan tetangga dan istrinya, Paul dihadapkan pada
ribuan pengungsi yang memohon pada Paul untuk diizinkan tinggal di hotel,
tempat yang dinilai warga Tutsi sebagai tempat teraman untuk menyelamatkan
nyawa mereka.
Permasalahan
yang ada dalam Film tersebut :
-
Perbedaan antar Budaya yang menyebabkan
peperangan dan mengakibatkan ketakutan bagi warga
-
Kurangnya komunikasi bagi setiap warga yang
berbeda suku akan menghambat perkembangan manusia. Khususnya psikologi
komunikasinya.
Teori
Komunikasi Psikologi yang Berkaitan dengan Film Tersebut
Teori yang
berkaitan dengan film tersebut sebenarnya sangat banyak namun disini yang
dibahas ada satu teori yaitu teori komunikasi kelompoknya karna difilm ini
menggambarkan perbedaan kelompok.
Komunikasi
kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu
kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya.
Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara
tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui,
seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana
anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang
lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai
kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana
kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.
Kelompok
adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan
masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.
Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu
kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Kelompok dan
pengaruhnya pada komunikasi studi tentang tentang pembentukan sikap dapat di
klasi fikasikan. Tidak semua himpunan orang disebut kelompok, orang dalam
terminalbus, antri tiket bioskoop, para pedagang da pembeli di pasar, seuanya
disebut agregat-bukan kelompk. Agar
dapat dkatan kelompok harus ada kesadarn dari tiap anggotanya tanda psikologis
atau sense of belonging.
Klasifikasi kelompok dan
karakteristik komunikasinya.
Telah banyak
klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam
kesempatan ini dalam psikologi komunkasi hanya tiga klasifikasi kelompok.
- Kelompok primer dan sekunder.
Charles
Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa
kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan
akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan
kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak
akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:
- Kualitas komunikasi pada
kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus
kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage
(perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas,
artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi.
Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
- Komunikasi pada kelompok
primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
- Komunikasi kelompok primer
lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok
primer adalah sebaliknya.
- Komunikasi kelompok primer
cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
- Komunikasi kelompok primer
cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
- Kelompok keanggotaan dan
kelompok rujukan.
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership
group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan
adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi
anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan
sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk
sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif,
fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok
rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang
(fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah
sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya,
sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu,
Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan
situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai
objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif· Kelompok
deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua:
deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok
dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan,
ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a.
kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar.
Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung,
atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang
menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota
berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa
adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama
menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal;
(di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh
anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright
mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar,
simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi
- Konformitas.
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma)
kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila
sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada
kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi,
kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda
untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota,
usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan
seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota
berikutnya untuk setuju juga.
- Fasilitasi sosial.
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan
kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok
mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965)
menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit
energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial,
bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan
mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan
adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang
benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah,
terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan
adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat
kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.
- Polarisasi.
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum
diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu,
setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya,
bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu,
setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.
Pembahasan
Dalm film
Hotel Rswanda ada beberapa bentuk kelompok atau yang dapat dikatakan kelompok.
Memang secara keseluruhan dalam film dikatan ada 2 kelompok besar yaitu Hutu
dan tutsi. Keduaya dapat dikatan kelompok karna memiliki sense of belonging
dari setiap anggotanya baik dari tutsi maupun suku hutu. Dua kelompok ini
saling meberikan kesadaran pada setiap anggotanya bahwa lawan dari kelomoknnya
adalah kelomok rujukan bagi mereka. Misalkan, kelompok hutu mengatakan bahwa
suku tutsi adalah kecoa, suku hutu mengatakan begitu bahwa suku tutsi tidak
pantas diikuti karna suku tutsi adalah kecoa. Rujukannya bahwa apa yang
dilakukan tutsi adalah salah, melihat kesalahan da melakuka yang berlawanan
dengan tutsi dapat dikatan masuk dalam suku hutu.
Bila melihat
lebih menyempit dalam film dapat menemukan bagian-bagan kecil yang dapat
dikatakan kelompok misalnya saja saat warga Rsawanda megungsi ke Hotel Rswanda.
Terjadi pembentukan secara alamiah dari setiap orang yang datang dan menjadikan
diri nya menjadi anggota kelompok. Pembentukan kelompok secara alamiah ini
didukung karena ada rasa persamaan nasib dari tiap anggota mkelompok.
Pembentukan secara alamiah juga dapat dijelaskan pembentukannya seperti asumsi John F. Cragan dan David W. Wright.
Selanjtnya
yang dapat dikatan kelompok adalah saat bagian dalam film menunjukan bagaimana
paul sebagai seorang manajer dengan karyawannya melakukan pertemuan. Saat
karyawannya merasa kehilangan pemimpinya karna pada saat itu pemilik hotel
meninggalkan hotel, karyawan merasa tidak ada gunanya melakukan pekerjaan
setiap harinya, sedangkan manejer merasa bahwa setiap orang yng datang ke hotel
adalah pelanggan dan harus diberiikan pelayanan yang semestinya namun karyawan
tidak mempunyai semangat kerja. Saat itu paul mengajak berkumpun dan menanamkan
nilai-nilai kelompok dalam diri karyawannya, penanamn nilai kelompok menjadi
fasilitasi kelompok agar kelompom melakukan tugasnya secara memiliki kesamaan
dalam kelompok.
Kesimpulan
Dalam psikologi komunikasi pada saat
orang merasakn hal yang sama dengan orang lain dapat membentuk kelompok seperti
dalam film keadaan perang menuntut tiap orang memilik kelompok agar dapat
bertahan dalam tekanan. Keadaan ini menjadikan komunikasi yang baik perlu
adanya antar tiap anggota kelompok untuk bertah seperti yang dituju bersama
kesepakatan pembenmtukan kelompok.
Sumber :
- dedi mulyana. 2005. komunikasi Psikologi. Jakarta
- 2010 : film hotel Rwanda.
From : http://id.hicow.com/rwanda/besar-rift-valley/danau-kivu-513409.html 12 desember 2010
- 2010 : analisi film hotel Rwanda. From : http://storyfanatic.com/articles/story-analysis/hotel-rwanda-story-analysisl 2010 desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar