Sabtu, 22 Juni 2013

Menganalisis Film Hotel Rwanda

TUGAS KOMUNIKASI PSIKOLOGI
MENGANALISIS FILM HOTEL RWANDA
NAMA                : JAMIATI KN
NPM                    : 2010140046
Resensi Film Hotel Rwanda
Film Hotel Rwanda ini merupakan film yang menggambarkan bentrok antar etnis di Rwanda (antara etnis Hutu dan Tutsi). Di Rwanda pada tahun 1994, Film yang menggambarkan tentang masyarakat yang tidak menghargai perbedaan antar suku. Ceritanya adalah kisah perjuangan Paul Rusesabagina (Don Cheadle) manajer hotel desMilleCollines di Kigali, yang menyelamatkan 1000-an nyawa dalam konflik genocide di Rwanda. Dia menggunakan pengaruhnya sebagai manajer hotel terbesar di Rwanda, etnis Hutu-nya, dan pertemanannya dengan beberapa tokoh etnis Hutu dalam menolong orang-orang termasuk istrinya yang berasal dari suku Tutsi, Tutsilah yang menjadi korban etnic hutu.
Paul yang bisa dibilang sebagai pahlawan dalam film ini, paul jarang sekali dan mungkin tak akan dilakukan banyak orang di tengah kemelut dan bahaya yang tentu lebih memilih menyelamatkan dirinya sendiri berawal saat konflik antara Tutsi dan Hutu beruabah menjadi suasana memanas. Perdamaian yang digelar dengan yang menjadi penengah antara PBB dan Hutu justru memanfaatkan momen tersebut untuk membunuh Presiden Habyarimana yang sebelumnya telah menandatangani perjanjian damai. Setelah terbunuhnya presiden Habyarimana kelompok Hutu pun memberontak dan merencanakan negosiasi atas kelompok Tutsi. Gambaran dalam film menceritakan suasana Rwanda yang sangat mencekam, ketika itu semua orang diwajibkan untuk membawa KTP sebagai identitas suku masing-masing. Setiap orang yang memegang KTP Tutsi akan langsung disiksa, diperkosa bahkan dibunuh oleh mereka.
Saat itu kota Rwanda benar-benar mencekam, semua orang yang memegang KTP Tutsi akan langsung disiksa, diperkosa, dan berakhir dengan kematian. Keadaan tersebut membuat Rwanda siaga satu. Turis asing panik, warga Tutsi yang ketakutan banyak mengungsi ke hotel yang dijaga pasukan PBB.
Di tengah-tengah krisis, Paul diminta untuk menghibur dan menenangkan penghuni hotel, dan juga terpanggil menyelamatkan nyawa ribuan warga Tutsi. Paul juga harus menyelamatkan istrinya yang merupakan keturunan Tutsi, dan juga beberapa tetangganya. Berhasil menyelamatkan tetangga dan istrinya, Paul dihadapkan pada ribuan pengungsi yang memohon pada Paul untuk diizinkan tinggal di hotel, tempat yang dinilai warga Tutsi sebagai tempat teraman untuk menyelamatkan nyawa mereka.
Permasalahan yang ada dalam Film tersebut :
-          Perbedaan antar Budaya yang menyebabkan peperangan dan mengakibatkan ketakutan bagi warga
-          Kurangnya komunikasi bagi setiap warga yang berbeda suku akan menghambat perkembangan manusia. Khususnya psikologi komunikasinya.

Teori Komunikasi Psikologi yang Berkaitan dengan Film Tersebut
Teori yang berkaitan dengan film tersebut sebenarnya sangat banyak namun disini yang dibahas ada satu teori yaitu teori komunikasi kelompoknya karna difilm ini menggambarkan perbedaan kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya. Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Kelompok dan pengaruhnya pada komunikasi studi tentang tentang pembentukan sikap dapat di klasi fikasikan. Tidak semua himpunan orang disebut kelompok, orang dalam terminalbus, antri tiket bioskoop, para pedagang da pembeli di pasar, seuanya disebut agregat-bukan kelompk. Agar dapat dkatan kelompok harus ada kesadarn dari tiap anggotanya tanda psikologis atau sense of belonging.
Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya.
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini dalam psikologi komunkasi hanya tiga klasifikasi kelompok.
  • Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
    1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
    2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
    3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
    4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
    5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
  • Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif· Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi
  • Konformitas.
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
  • Fasilitasi sosial.
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.
  • Polarisasi.
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.
Pembahasan
Dalm film Hotel Rswanda ada beberapa bentuk kelompok atau yang dapat dikatakan kelompok. Memang secara keseluruhan dalam film dikatan ada 2 kelompok besar yaitu Hutu dan tutsi. Keduaya dapat dikatan kelompok karna memiliki sense of belonging dari setiap anggotanya baik dari tutsi maupun suku hutu. Dua kelompok ini saling meberikan kesadaran pada setiap anggotanya bahwa lawan dari kelomoknnya adalah kelomok rujukan bagi mereka. Misalkan, kelompok hutu mengatakan bahwa suku tutsi adalah kecoa, suku hutu mengatakan begitu bahwa suku tutsi tidak pantas diikuti karna suku tutsi adalah kecoa. Rujukannya bahwa apa yang dilakukan tutsi adalah salah, melihat kesalahan da melakuka yang berlawanan dengan tutsi dapat dikatan masuk dalam suku hutu.
Bila melihat lebih menyempit dalam film dapat menemukan bagian-bagan kecil yang dapat dikatakan kelompok misalnya saja saat warga Rsawanda megungsi ke Hotel Rswanda. Terjadi pembentukan secara alamiah dari setiap orang yang datang dan menjadikan diri nya menjadi anggota kelompok. Pembentukan kelompok secara alamiah ini didukung karena ada rasa persamaan nasib dari tiap anggota mkelompok. Pembentukan secara alamiah juga dapat dijelaskan pembentukannya seperti asumsi John F. Cragan dan David W. Wright.
Selanjtnya yang dapat dikatan kelompok adalah saat bagian dalam film menunjukan bagaimana paul sebagai seorang manajer dengan karyawannya melakukan pertemuan. Saat karyawannya merasa kehilangan pemimpinya karna pada saat itu pemilik hotel meninggalkan hotel, karyawan merasa tidak ada gunanya melakukan pekerjaan setiap harinya, sedangkan manejer merasa bahwa setiap orang yng datang ke hotel adalah pelanggan dan harus diberiikan pelayanan yang semestinya namun karyawan tidak mempunyai semangat kerja. Saat itu paul mengajak berkumpun dan menanamkan nilai-nilai kelompok dalam diri karyawannya, penanamn nilai kelompok menjadi fasilitasi kelompok agar kelompom melakukan tugasnya secara memiliki kesamaan dalam kelompok.
Kesimpulan
Dalam psikologi komunikasi pada saat orang merasakn hal yang sama dengan orang lain dapat membentuk kelompok seperti dalam film keadaan perang menuntut tiap orang memilik kelompok agar dapat bertahan dalam tekanan. Keadaan ini menjadikan komunikasi yang baik perlu adanya antar tiap anggota kelompok untuk bertah seperti yang dituju bersama kesepakatan pembenmtukan kelompok.  
Sumber :
-       dedi mulyana. 2005. komunikasi Psikologi. Jakarta
-       2010 :  film hotel Rwanda. From : http://id.hicow.com/rwanda/besar-rift-valley/danau-kivu-513409.html 12 desember 2010
-       2010 : analisi film hotel Rwanda. From :  http://storyfanatic.com/articles/story-analysis/hotel-rwanda-story-analysisl 2010 desember 2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar